KOALISI
STOP AIDS NOWTANAH PAPUA:
“Perlu Pendekatan Gender
dan HAM dalam penanganan HIV/AIDS di
Tanah Papua”
Penanganan HIV/AIDS selama 14 tahun di Papua masih menjadi tanda tanya.karena
sejak ditemukan kasus HIV/AIDS pada
tahum 1992 di Kabupaten Merauke,jumlah orang yang terinveksi dan tertular virus
HIV ini semakin meningkat.
|
Rabu (29/08)bertempat di Hotel Mutiara
Kota Jayapura, Foker LSM Papua bersama partisipan dan mitranya membangun sebuah
Koalisi Stop Aids Now Tanah Papua sebagai salah satu strategi dalam penanganan
masalah HIV/AIDS di Tanah
Papua.Koalisi yang teriri dari 18 LSM dan lembaga lainnya ini menempatkan
pendekatan Gender dan HAM dalam upaya dan aktifitas mereka dalam penanggulangan
masalah HIV/AIDS di Papua. Oleh karena itu koalisi ini tidak hanya bergerak
dibidang kesetaraan gender,perempuan dan anak serta HAM.
Sehari sebelumnya, telah dilakukan
lokakarya selama satu hari penuh (28/08)yang mengadirkan 4 narasumber yakni;
Latifah Anum Siregar, SH (ALDP),Meilani (LP3A),dr.Yolelyn C.Dimalouw Suebu,
M.Kes (Dinas Kesehatan Provinsi Papua) dan dr.
Raflus Doranggi (YPKM).
Menurut Tahi Butarbutar M.Kes,Direktur
YPKM dan juga kordinator Pokja Kesehatan dan HIV/AIDS Foker LSM Papua, Penanganan HIV/AIDS harus di lakukan secara bersama-sama dengan membangun
suatu komitmen.Dalam hal ini pendekatan gender dan HAM harus dilakukan dalam merumuskan
langkah-langkag strategis untuk penanganan HIV/AIDS
di Tanah Papua.
Ibu omi dari yayasan Beatrix,Biak ,juga menegaskan pentingnya menegakkan keadilan gender
di Papua. Sebab selama ini,seakan-akan seorang isti tidak memiliki hak untuk
menolak keinginan suaminya dalam relasi sexsual.Selain itu,ia juga menyebutkan
kasus-kasus perdagangan perempuan yang selama ini tidak tersentuh oleh berbagai
pihak.Walaupun kasus perdagangan perempuan ini belum tampak secara jelas di
permukaan,namun fakta di lapangan menunjukkan bahwa perdagangan tersebut memang
ada dan terkoordinir secara rapih.Hal ini diakui oleh Virigilius Ledang dari
LP3 A-Papua yang selama ini bekerja dibidang perlindungan hak perempuan dan
anak.
“Meskipun
kami belum mempunyai data yang akuratmengenai kasus-kasus perdagangan perempuan
di PAPUA, namun dari pengalaman kami selamamelakukan pendampingan, memang
perdagangan permpouan ini ada dan terjadi di PAPUA” Jelas Verigilius.
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman
yang tersebut, dalam upaya dan tindak pecegahan HIV/AIDSdi tanah PAPUA, Koalisi
Stop AIDS Now Papua merasa perlu mendorong dibuatnya sembilan butir point yang
dibuat dan disepakati oleh anggota koalisi dan tanda tangani oleh tujuh utusan
dari masing-masing regio; J Septer Manufandu (Foker LSM PAPUA); Drs. Tahi
Butar-butar. M. Kes (Kordinator Pokja Kesehatan Foker LSM Papua/ YPKM);
Virgillius ledang (LP3AP); Dr. Linnga (Primary Nabire); Omi Mauboy (Yayasan
Beatrix);Suzanna Burdam, S.Hut(Yalhimo,Manokwari)dan Beatriks AM.R
(Yasanto,Merauke).
Sembilan point tersebut adalah;Pertama,melakukan pendekatan gender dan
HAM dalam mengimplementasikan program-program yang berkaitan dengan HIV/AIDS di Tanah Papua;Kedua,Perlindungan terhadap ODHA sesuai
dengan prinsip-prinsip universal;Ketiga,Melibatkan
kaum perempuan dalam proses-proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan
penanggulangan bahaya HIV/AIDS di
Tanah Papua;Keempat,Menggunakan
kearifan tradisional Papua untuk kampanye penanggulangan penyebaran viirus HIV/AIDS di Tanah Papua;Kelima,Mendorong Pemerintah Papua dan
Legislatif agar segera mensosilisikan dan menerbitkan Perdasi Pelayanan
Kesehatan yang berpihak kepada masyarakat di Tanah Papua ;Keenam,Mendorong Pemerintah Daerah dan Legislatif agar segera
menerbitkan Perdai tentang HIV/AIDS
di Tanah Papua; Ketujuh,Mendorong
Pemerintah Daerah dan Legislatif untuk mencabut izin perdagangan minuman keras
dan segera menerbitkan Perda larangan minuman keras diseluruh Tanah Papua;Kedelapan,Mendorong aparat
hukummenindak tegas pelaku perdaganan perempuan di Papua ;Kesembilan,Mendorong strategi advokasi dan gerakan yang dilakukan
secara terpadu,sistematis dan terencana agar mampu mempengaruhi perubahan
status kesehatan masyarakat terutama pengaruh kasus HIV/AIDS oleh berbagai lapisan masyarakat.