Rabu, 31 Agustus 2011

CERPEN:SEBERKAS PENYESALAN


Seberkas penyesalan


Ketika gary mengambil buku ensiklopedia biologi kelas 5, tiba-tiba sesosok mata didepannya melotot bersamaan dengan memegang buku itu.
“hei, ini milikku” kata laki-laki berambut cokelat  itu. “jangan harap” kata gary tidak mau kalah. Mereka saling menarik buku itu hingga mereka perlu menariknya dengan kedua tangan, tidak ada yang mau mengalah untuk melepasnya. Tiba-tiba. . . . “srekkkk. . . ”
Keduanya diam terpaku melihat buku itu kini terbelah menjadi 2 bagian.
“apa yang kalian lakukan”  suara dibelakang gary.
“maaf bu, saya hanya ingin meminjam buku ini, tapi orang ini merampasnya” kata laki-laki itu sambil membela diri. “hei, jangan sembarangan ya, jelas-jelas kamu yang merampasnya duluan” gary tidak mau kalah. Mereka beradu mulut saling membela diri, tidak ada yang mau kalah.
“cukup” kata ibu peny penjaga library dengan marah. “kalian berdua silahkan mengajukan tuntutan ini diruang kepala sekolah sekarang” selak ibu peny sambil menarik kuping keduanya.
“augh, tidak ibu kenapa harus kekepala sekolah” keluh gary tampak kesakitan. “tidak ada protes” dengan tegas ibu peny menuntun mereka berjalan keluar library. Semua murid dilibrary hanya memandang hampa kepada mereka.
“apa yang kalian lakukan ditengah ketenangan ruang baca” gusar pak Hendy kepala sekolah. Mereka terdiam sambil melipat tangan dibawah perut dan menunduk. Bu peny menjelaskannya tapi kemudian,
“tidak pak, orang ini yang melakukannya” kata laki-laki itu menunjuk gary. “hei, jangan membalikkan kebenaran” kata gary dengan muka masam. Mereka kembali beradu mulut.
“cukup” teriak pak Hendy hingga suaranya seperti bergema memecahkan kaca-kaca jendela ruangannya. Semunya terdiam. “kalian berdua harus memberikan surat panggilan ini dan mendatangkan orang tua kalian besok” kata pak Hendy dengan memberikan dua amplop pada keduanya.
“jangan pak, saya janji tidak akan berbuat salah” kata gary kemudian dengan muka rasa bersalah. “ya pak, saya janji tidak akan terjadi kejadian ini” kata anak laki-laki itu menyadari kesalahan yang terjadi.
“hmm. . . , ini cukup sukar, tapi. .”
“kami mengakui kesalahan” keduanya serentak memohon sambil menunduk.
“ya, saya yakin dengan pasti sekarang setelah kalian mengaku kejadian ini terjadi karena kesalahan bersama” kata pak hendy dengan tenang.” Kalian bisa keluar sekarang tanpa membawa surat panggilan” kata pak Hendy lagi.
 “terima kasih pak “ seulas senyum mengambang diwajah keduanya.
Kemudian saat pualng sekolah gary berjalan menuju pagar tiba-tiba sesosok laki-laki itu menghadangnya. “hei, maaf untuk yang tadi aku merasa bersalah, kenalkan aku doly kita tinggal sekompleks.” Katanya sambil menjulurkan tangan. “ sejenak saling memandang “eng, ya baiklah” balas gary dengan senyum ramah. “sebenarnya aku ingin berteman denganmu, tapi aku takut mengatakannya” kata doly dengan suara rendah. “tapi kenapa dengan cara kekerasan” kesal gary. “ karena aku tak bisa mengatakannya langsung.  Jawabnya dengan tatapan bersalah. “baiklah aku memakluminya ketika kau tak ingin mengalah dan ingin menang mengambil buku itu, sifat keras egoismu sama denganku. Senyum gary “terima kasih” kata doly tersenyum. “ya” jawab gary membalas senyum.
Tadinya gary ragu tapi melihat tatapan doly yang mendalam seperti menantikan seorang sahabat yang diidamkannya sejak lama, yaitu gary.
Keduanya berjalan berbarengan, tiba-tiba . . . .“gary handika, doly sianika ganti uang buku 65000” teriak bu peny dari kejauhan.
“apa. . .” seru keduanya berbalik dengan sorotan mematung memandang bu peny.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar